Archives
Previous Posts
- Tuhan Sembilan Senti (sajak Taufiq Ismail)
- 14 Langkah Bebas Nyeri Punggung
- Mengapa Orang Merokok?
- Sisi Lain Gedung Merdeka
- "Soccer Coop", Gaya Hidup dan Prestasi
- MANISNYA GELAR JUARA
- Bandung Siap Impor Sampah
- Saat Warga Singapura Datang ke Tetangga
- Rekor Dunia Pengirim SMS
- Wajah Baru Alun-Alun Bandung
Nge-Links
Tahukah Anda ???
Anda Pengunjung Ke-
friend online
Wednesday, February 14, 2007
"Soccer Coop", Gaya Hidup dan Prestasi
BELAKANGAN ini, soccer coop atau sepak bola di dalam kerangkeng (ruangan tertutup) tengah booming. Seperti halnya futsal ketika mulai memasyarakat, kini mulai banyak orang yang mencoba soccer coop. Mulai dari pelajar, mahasiswa, karyawan, dan kalangan eksekutif. Penggemar soccer coop menjadi komunitas baru. Mereka datang tidak sekadar untuk bermain sepak bola, juga untuk menjalin persahabatan. Hal ini memberikan dampak positif, karena mereka memiliki aktivitas rutin olah raga dan bisa saling berkenalan. Apalagi, saat ini untuk kalangan muda khususnya, banyak yang mulai malas berolah raga di luar ruangan karena pelbagai alasan seperti panas sehingga kulit bisa jadi hitam, hujan, dll. Namun, soccer coop ini juga menjanjikan pembinaan prestasi. Mantan pemain Persib, Yudi Guntara mengatakan, olah raga ini sangat membantu pembentukan kondisi fisik dan peningkatan kualitas teknik pemain. Pemain dituntut harus selalu bergerak terus karena tidak ada garis batas keluar lapangan. Bola terus bergulir kecuali terjadi pelanggaran. "Untuk anak-anak dan usia muda, soccer coop akan sangat bagus dalam pengembangan bakat yang dimiliki mereka," ujarnya. Managing Director Soccer Coop, Undang Hendrayana mengatakan, saat ini tengah berlangsung program soccer for student untuk SD, SMP, dan SMA. Program yang akan berakhir Maret ini gratis dan bisa diikuti semua pelajar. Untuk institusi dan pengembangan prestasi seperti SSB, mendapat diskon khusus. "Meski ini ada unsur bisnis, kami juga memiliki komitmen untuk pengembangan prestasi sepak bola di Bandung," ujarnya. Soccer coop menggunakan lapangan rumput sintesis dan dikelilingi net pengaman. Olah raga ini memadukan unsur sepak bola konvensional dan futsal. Setiap tim menurunkan 5 pemain terdiri dari 1 kiper dan 4 penyerang. Sistem pergantian pemain juga sama seperti futsal, dapat dilakukan kapan saja. Tidak ada offside. Ukuran lapangan ada dua. Ukuran basic pitch 12x24x4 meter, sedangkan premium pitch 15x28x4 meter. Ukuran gawang 3x2 meter. Dengan adanya soccer coop ini, masyarakat kini memiliki banyak pilihan dalam menentukan olah raga yang diinginkan. Saat ini, Bandung sudah memiliki tiga lapangan soccer coop yaitu Jatayu Center Jln. Soepadio No. 16, Sakura Center Jln. Soekarno Hatta No. 136, dan Kircon Center Jln. Kiaracondong No. 366. Tinggal pilih, di mana Anda akan bermain soccer coop! (P-06)** dari gelora |
Baca Selengkapnya di Sini
Wednesday, February 07, 2007
MANISNYA GELAR JUARA
Tahun 1937 |
Baca Selengkapnya di Sini
Monday, February 05, 2007
Bandung Siap Impor Sampah
Pemerintah Kota Bandung kemungkinan besar akan “mendatangkan” sampah dari luar wilayah Kota Bandung. Hal itu dilakukan untuk menutupi kekurangan bahan baku sampah yang akan diolah dalam pabrik pengolahan sampah menjadi energi listrik (waste to energy) di Kel. Mekarmulya, Kec. Rancasari Kota Bandung. “Kalau kurang, kan bisa minta saja ke Cimahi, Kab. Bandung, atau kabupaten lainnya. Kekurangan sampah yang kini dialami Kota Bandung, jauh lebih baik dibanding kelebihan sampah,” ujar Wali Kota Bandung Dada Rosada, akhir pekan kemarin. Akan tetapi, kata Dada, pihaknya belum meminta permohonan secara resmi kepada Pemkot Cimahi maupun Pemkab Bandung. Upaya legal yang sedang dilakukan saat ini masih menunggu hasil kajian tim studi kelayakan ITB . “Kami tetap menunggu studi kelayakan itu.” Sebelumnya, Kepala Tim Studi Kelayakan Pabrik Sampah Menjadi Energi (waste to energy) dari ITB, Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek mengatakan, bahan baku sampah yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya listrik 30 megawatt setidaknya 1.800 ton/ hari. Sementara, menurut kajiannya, saat ini PD Kebersihan hanya bisa mengoleksi 500 ton sampah/hari. “Bisa saja dioperasikan pertama kali untuk 10 megawatt dulu, bertahap saja,” katanya. Wali kota juga menegaskan, tidak akan terjadi tender ulang untuk menentukan pengelola dan pembangun pabrik sampah. Unsur swasta yang akan membangun dan mengelola pabrik sampah itu tetap PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL). Retribusi naik Lebih lanjut Ari Darmawan, yang kembali dihubungi Minggu (4/1) mengatakan, banyak hal yang harus dibahas Pemkot Bandung terkait pembangunan pabrik sampah menjadi energi. Di antaranya, masalah retribusi dan produksi sampah dari masyarakat yang masih dinilai kurang. Retribusi sampah akan naik jika pabrik sampah menjadi energi telah beroperasi. Untuk menghindari kebijakan yang dinilai tidak populis itu, Tim Studi Kelayakan Pabrik Sampah menyarankan Pemkot Bandung memberi subsidi kepada masyarakat. “Tapi, ini tergantung kebijakan pemkot. Bisa saja tidak ada subsidi, tapi retribusi bisa mahal karena sebagai konsekuensi PD Kebersihan harus membayar uang jasa pengolahan sampah ke pabrik,” kata Ari. Sebelumnya, Kepala PD Kebersihan Kota Bandung, Drs. Awan Gumelar, menyampaikan perlunya kenaikan retribusi. Kenaikan tarif harus segera dilakukan. “Saat ini, tarif Rp 2.000,00/ bulan sangat tidak layak. BBM sudah naik dua kali, tapi tarif sampah tidak naik-naik,” katanya. (A-156)*** dari Pikiran Rakyat |
Baca Selengkapnya di Sini