Saat Warga Singapura Datang ke Tetangga
TIGA orang ape-ape (kakek-kakek) asal Singapura duduk mengelilingi meja makan di pusat jajanan serba ada (pujasera) Gedung Imigrasi, Tanjungbalai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Bersama mereka duduk pula tiga orang perempuan Indonesia berusia antara 22 - 23 tahun. Begitu enam orang tamu duduk, mereka segera ”diserbu” 10-an orang pelayan. Masing-masing menawarkan makan malam; makanan ringan; minuman, baik berupa jus, kopi, teh, atau minuman ringan lainnya, namun ada yang menawarkan minuman beralkohol. Begitu sang tamu menyebut jenis makanan atau minuman tertentu sesuai dengan daftar menu yang disodorkan, pelayan segera menghilang mengambilkan pesanan yang diinginkan. Hanya pelayan yang menawarkan minuman beralkohol berseragam hijau-kuning yang tidak beringsut dari tempatnya setelah mendapatkan order tersebut. Sebab tangannya sudah memegang beberapa botol bir yang siap dibuka. Ketika bir yang dipesan kurang, dia baru mengambilkan botol bir yang lainnya. Makan malam bersama perempuan muda Indonesia, bagi para tamu dari Singapura di Tanjungbalai Karimun, merupakan pendahuluan bagi kencan mereka sepanjang 12 jam. Setibanya di Tanjungbalai setelah menyeberang dari Singapura menggunakan kapal fery selama satu jam, mereka dapat memesan cewek melalui perantara di hotel. Para tamu juga bisa datang sendiri ke tempat pemesanan pekerja seks komersial (PSK) di Vila Garden yang jumlahnya mencapai 400-an orang, atau di rumah-rumah toko (ruko) yang berada di dekat Vila Garden, yang setiap rukonya terdapat tak kurang dari 20 orang. Berbagai tempat hiburan seperti karaoke, diskotek, panti pijat juga menyediakan pelacur. Papan nama yang dipajang di rukonya tak lebih dari kamuflase yang dapat digunakan untuk mendapatkan izin operasi. Tamu yang tidak mau repot cukup mengontak petugas hotel atau tukang ojek yang banyak mangkal di depan-depan hotel. Dengan menyebutkan nomor kamar, maka dalam tempo yang tidak terlalu lama, pelacur yang dipesan tersebut segera datang. Harga menyewa pelacur sepanjang 12 jam berkisar antara Rp 250.000,00 hingga Rp 350.000,00 bergantung pada tingkat kecantikan PSK tersebut. PSK di Tanjungbalai pada umumnya berparas ayu dan berusia muda. Kalau usia mereka semakin bertambah, maka mucikari segera ”melemparnya” ke lokalisasi Payalabu, sebuah tempat terpencil yang dapat ditempuh setengah jam dari pusat Kota Tanjungbalai. Kalaupun PSK tersebut tidak cantik, masing-masing akan memiliki ”pangsa pasar” tersendiri. Para tamu dari Singapura yang sudah ape-ape seringkali tidak memedulikan cantik-tidaknya pelacur. Bagi mereka, yang penting PSK tersebut bersedia menemani berlibur di Tanjungbalai. Beberapa PSK menceritakan bahwa para ape kadangkala sudah mengalami disfungsi seksual, mereka tidak mampu melakukan lagi hubungan seksual. ”Ape-ape ini sekadar ingin disayang, dimandikan, dan dimanjakan. Soal berhubungan seks, mereka sekadar ’mencari-cari gelombang radio’, tanpa mampu menyelesaikan hubungan badan secara penuh,” kata Farra (bukan nama sebenarnya), pelacur yang tinggal di Vila Garden kepada tim dari Yayasan Kaseh Puan (lembaga swadaya masyarakat yang melakukan identifikasi dan advokasi trafficking di Tanjungbalai Karimun). Mencari gelombang radio yang dimaksudkan adalah istilah lain dari memijit-mijit bagian tertentu dari PSK seperti orang mencari gelombang radio. Para tamu dari Singapura datang secara berombongan atau secara sendiri-sendiri. Waktu tempuh yang hanya satu jam sangat memudahkan mereka datang berlibur di daerah tetangga ini. Apalagi, mereka dilayani petugas khusus dan kendaraan carteran yang selalu standby di pelabuhan internasional Tanjungbalai. Akhir pekan di mana masyarakat Singapura libur bekerja merupakan saat menggembirakan untuk berkunjung ke Tanjungbalai. Namun sejak Kapolri Jenderal (Pol.) Sutanto secara tegas melarang perjudian di seluruh Indonesia, termasuk juga di Tanjungbalai Karimun, secara perlahan prostitusi di daerah ini pun ikut turun. ”Penurunan ini mencapai 20%,” kata Agung Purwantomo, S.T.P., dari Divisi Kekerasan Perempuan dan Anak Yayasan Kaseh Puan. Apalagi sejak Pemkab. Tanjungbalai Karimun merazia sejumlah hotel, hal itu menjadikan masyarakat Singapura ketakutan Mereka lebih suka memilih daerah-daerah yang benar-benar aman dari razia itu. (Wakhudin/”PR”)*** dari selisik |
Comments on "Saat Warga Singapura Datang ke Tetangga"